Dalam dunia ini
kita tak jarang menemukan orang yang tertarik pada sesorang ataupun lawan
jenisnya. Dalam ketertarikan itu akan timbul lah perasaan yang mendebarkan yang
dinamakan perasaan CINTA. Dalam kajian artikel saya ini,tidak sengaja saya
menemukan sebuah artikel – artikel dari beberapa orang Blogger yang mengkaji
tingkatan dari Cinta tersebut. Berikut akan kita ulas sedikit tentang Tingkatan
Cinta tersebut.
kalau kita
berbicara tentang CINTA maka mau tidak mau berarti kita berbicara tentang HATI.
Itu sebabnya, berdasarkan Struktur LAPISAN HATI ini, maka ada tingkatan cinta
yang bisa dan biasa kita alami,yaitu :
1. Cinta berbasis
Shodr (lapisan hati luar)
2. Cinta berbasis Qolbu (lapisan hati tengah)
3. Cinta berbasis Fuad (lapisan hati dalam)
1. Cinta berbasis
Shodr (lapisan hati luar)
Ciri-cirinya adalah perasaan mudah gelisah, kecenderungan yang ada adalah untuk memiliki bukan untuk memberi. Sifatnya jasadi atau fisik. Dan kental sekali berbau dunia. Ingin punya ini dan ingin punya itu,tapi sering lupa mensyukuri apa yang sudah dimiliki
Ciri-cirinya adalah perasaan mudah gelisah, kecenderungan yang ada adalah untuk memiliki bukan untuk memberi. Sifatnya jasadi atau fisik. Dan kental sekali berbau dunia. Ingin punya ini dan ingin punya itu,tapi sering lupa mensyukuri apa yang sudah dimiliki
2. Cinta berbasis
Qolbu (lapisan hati tengah)
Ciri-cirinya adalah perasaan kadang gelisah tapi kadang tenang bahagia. Kadang menikmati tapi kadang menyesali. Kadang inget Allah tapi kadang inget kekasih hati ciptaan Allah. Perasaannya bolak-balik seperti Qolbu. Jika ia memiliki hati yang bersih maka walaupun ia mencintai makhluk Allah, ia tetap paham prosedur syariat yang harus dilewati. Sehingga ia bisa memiliki sesuatu dengan cara yang dirahmati Allah SWT.
Ciri-cirinya adalah perasaan kadang gelisah tapi kadang tenang bahagia. Kadang menikmati tapi kadang menyesali. Kadang inget Allah tapi kadang inget kekasih hati ciptaan Allah. Perasaannya bolak-balik seperti Qolbu. Jika ia memiliki hati yang bersih maka walaupun ia mencintai makhluk Allah, ia tetap paham prosedur syariat yang harus dilewati. Sehingga ia bisa memiliki sesuatu dengan cara yang dirahmati Allah SWT.
3. Cinta berbasis
Fuad (lapisan hati dalam)
Inilah cinta yang sejati, sangat dalam dan penuh sensasi yang melupakan (dunia). Ia begitu dalam sehingga tidak mudah lepas, bahkan tidak bisa lepas. Hatinya bergantung penuh kepada Allah SWT. Ia nyaris lupa akan dunia. Dan itulah yang jadi masalahnya. Ia terkadang lupa akan bajunya yang mungkin saja kurang pantas dilihat. Ia tidak lagi memikirkan penilaian orang terhadapnya. Itu sebabnya ia pun sering beristghfar karena khawatir tidak mampu mencintai Makhluk Allah, sehingga ada yang terzalimi karena begitu kuat cintanya kepada Allah SWT. Hatinya tenang karena dekat kepada Allah, dan hatinya pun gelisah karena ingat dosa-dosanya yang tak mampu dilihatnya. Mungkin saja ia sampai bingung apalagi yang mau di-istighfari, padahal ia sangat menyukai istighfar dan taubat, tapi ia begitu anti berbuat maksiat
Inilah cinta yang sejati, sangat dalam dan penuh sensasi yang melupakan (dunia). Ia begitu dalam sehingga tidak mudah lepas, bahkan tidak bisa lepas. Hatinya bergantung penuh kepada Allah SWT. Ia nyaris lupa akan dunia. Dan itulah yang jadi masalahnya. Ia terkadang lupa akan bajunya yang mungkin saja kurang pantas dilihat. Ia tidak lagi memikirkan penilaian orang terhadapnya. Itu sebabnya ia pun sering beristghfar karena khawatir tidak mampu mencintai Makhluk Allah, sehingga ada yang terzalimi karena begitu kuat cintanya kepada Allah SWT. Hatinya tenang karena dekat kepada Allah, dan hatinya pun gelisah karena ingat dosa-dosanya yang tak mampu dilihatnya. Mungkin saja ia sampai bingung apalagi yang mau di-istighfari, padahal ia sangat menyukai istighfar dan taubat, tapi ia begitu anti berbuat maksiat
Tapi seorang
ulama bernama Abdullah Nasih Ulwan memiliki pandangan tersendiri dalam Tingkatan
Cinta tersebut.Menurutnya, cinta memiliki tiga tingkatan :
- Cinta tingkat tertinggi, yaitu cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya
- Cinta Tingkat menengah, adalah cinta kepada orang tua, anak, saudara, istri/suami dan kerabat
- Cinta tingkat terendah; ialah cinta yang lebih mengutamakan cinta kepada keluarga, harta dan masalah dunia dari pada mencintai Allah dan Rasul-Nya
- Cinta tingkat tertinggi, yaitu cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya
- Cinta Tingkat menengah, adalah cinta kepada orang tua, anak, saudara, istri/suami dan kerabat
- Cinta tingkat terendah; ialah cinta yang lebih mengutamakan cinta kepada keluarga, harta dan masalah dunia dari pada mencintai Allah dan Rasul-Nya
Tiga tingkatan
cinta itu berdasarkan Firman Allah Pada surat At-Taubah [9]:24
“Katakanlah: “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA”. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”(Qs. At Taubah[9]:24)
“Katakanlah: “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA”. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”(Qs. At Taubah[9]:24)
Dari ketiga
tingkatan cinta tersebut kemudian di sederhanakan lagi menjadi dua bagian
cinta. Yaitu cinta kepada sesama makhluk dan cinta kepada Allah swt.
a. Cinta Kepada Makhluk
Cinta kepada sesama makhluk pada hakekatnya harus menjadi personifikasi cinta kepada Allah SWT. Artinya, ketika kita mencintai saudara kita, anak-anak, orang tua, pekerjaan dan yang lainnya, maka cinta-cinta ini harus disandarkan pada kecintaan kita kepada Allah SWT. Sering timbul pertanyaan, bagaimana mencintai seseorang karena kita mencintai karena Allah.
Contoh sederhana yang dapat kita pelajari misalnya; ketika laki-laki mencintai wanita karena Allah maka sang laki-laki harus berlaku jujur, setia, mengasihi dan tidak melakukan sesuatu yang di benci Allah, yaitu bermaksiat.
Ia lebih mendahulukan ridho Allah dari pada orang yang di kasihinya. Ia mampu menahan diri dengan tidak mengikuti hawa nafsunya yang menyebabkan ternoda kemurnian cintanya. Maka itu berarti kita berada pada jalan kecintaan karena Allah SWT.
Dari rasa cinta kita kepada makhluk yang terpenting adalah cinta kita kepada sesama muslim. Inilah cinta yang akan melahirkan bangunan kokoh persaudaraan, hati menjadi lapang, beban terasa ringan, wajah ceria penuh senyuman. Ikatan cinta antara sesama kaum muslimin merupakan salah satu indicator keimanan yang sempurna. Dari Anas Bin Malik r.a. RAsulullah bersabda: “Tidak sempurna iman seseorang diantara kalian, sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”. ( Hr. Shoheh Muslim )
Dalam hadits lain, dari riwayat Abu Hurairah ra. Rasulullah bersabda:
“Di hari kiamat nanti, Allah Swt, berfirman,” Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagugan-Ku?. Hari ini mereka Aku naungi dengan perlindungan-Ku, di hari ketika tidak ada perlindungan kecuali perlindungan-Ku.”.
Maksud dari kata keagungan-Ku dalam hadits ini adalah didasari oleh keagungan dan taat kepada Allah, bukan karena landasan kepentingan duniawi atau tujuan-tujuan pribadi yang materialistis.
a. Cinta Kepada Makhluk
Cinta kepada sesama makhluk pada hakekatnya harus menjadi personifikasi cinta kepada Allah SWT. Artinya, ketika kita mencintai saudara kita, anak-anak, orang tua, pekerjaan dan yang lainnya, maka cinta-cinta ini harus disandarkan pada kecintaan kita kepada Allah SWT. Sering timbul pertanyaan, bagaimana mencintai seseorang karena kita mencintai karena Allah.
Contoh sederhana yang dapat kita pelajari misalnya; ketika laki-laki mencintai wanita karena Allah maka sang laki-laki harus berlaku jujur, setia, mengasihi dan tidak melakukan sesuatu yang di benci Allah, yaitu bermaksiat.
Ia lebih mendahulukan ridho Allah dari pada orang yang di kasihinya. Ia mampu menahan diri dengan tidak mengikuti hawa nafsunya yang menyebabkan ternoda kemurnian cintanya. Maka itu berarti kita berada pada jalan kecintaan karena Allah SWT.
Dari rasa cinta kita kepada makhluk yang terpenting adalah cinta kita kepada sesama muslim. Inilah cinta yang akan melahirkan bangunan kokoh persaudaraan, hati menjadi lapang, beban terasa ringan, wajah ceria penuh senyuman. Ikatan cinta antara sesama kaum muslimin merupakan salah satu indicator keimanan yang sempurna. Dari Anas Bin Malik r.a. RAsulullah bersabda: “Tidak sempurna iman seseorang diantara kalian, sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”. ( Hr. Shoheh Muslim )
Dalam hadits lain, dari riwayat Abu Hurairah ra. Rasulullah bersabda:
“Di hari kiamat nanti, Allah Swt, berfirman,” Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagugan-Ku?. Hari ini mereka Aku naungi dengan perlindungan-Ku, di hari ketika tidak ada perlindungan kecuali perlindungan-Ku.”.
Maksud dari kata keagungan-Ku dalam hadits ini adalah didasari oleh keagungan dan taat kepada Allah, bukan karena landasan kepentingan duniawi atau tujuan-tujuan pribadi yang materialistis.
b. Cinta Kepada
Allah SWT
Mencintai Allah adalah cinta dalam tingkatan yang paling tinggi. Mencintai Allah berarti tidak memberi kesempatan kepada jiwa untuk mencintai yang lain. Seperti tergambar dalam sebuah ayat:
Mencintai Allah adalah cinta dalam tingkatan yang paling tinggi. Mencintai Allah berarti tidak memberi kesempatan kepada jiwa untuk mencintai yang lain. Seperti tergambar dalam sebuah ayat:
“Dan diantara
manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang
berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat),
bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat
siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)”. Qs. Al-Baqarah [2]:165
Dalam ayat ini di gambarkan bahwa orang yang benar-benar mencintai Allah adalah orang yang tidak punya sesembahan-sesembahan lain yang dapat menandingi cintanya kepada Allah. Dengan kata lain, mencintai Allah adalah karena Allah sendiri bukan karena yang lainnya.
Hal yang paling mudah dipahami oleh akal pikiran mengapa kita hanya patut mencintai Allah adalah karena anugerah nikmat yang telah di berikan Allah kepada kita. Kenikmatan yang seluruh manusia tenggelam di kedalaman samuderanya, yang mengiringi manusia bersama hirupan napas dan detak jantungnya, yang menyertainya di setiap tempat dan waktu, yang bersama keluasan dan keabadian-Nya semata bersumber dari Dzat Allah Swt.
Dalam ayat ini di gambarkan bahwa orang yang benar-benar mencintai Allah adalah orang yang tidak punya sesembahan-sesembahan lain yang dapat menandingi cintanya kepada Allah. Dengan kata lain, mencintai Allah adalah karena Allah sendiri bukan karena yang lainnya.
Hal yang paling mudah dipahami oleh akal pikiran mengapa kita hanya patut mencintai Allah adalah karena anugerah nikmat yang telah di berikan Allah kepada kita. Kenikmatan yang seluruh manusia tenggelam di kedalaman samuderanya, yang mengiringi manusia bersama hirupan napas dan detak jantungnya, yang menyertainya di setiap tempat dan waktu, yang bersama keluasan dan keabadian-Nya semata bersumber dari Dzat Allah Swt.
Rasulullah bersabda:
“Cintailah Allah karena nikmat yang di anugerahkan kepada kalian, cintailah aku karena cinta kalian kepada-Nya, dan cintailah ahlulbaitku karena cinta kalian kepadaku” (Hr. Tirmidzi dan Hakim)
“Cintailah Allah karena nikmat yang di anugerahkan kepada kalian, cintailah aku karena cinta kalian kepada-Nya, dan cintailah ahlulbaitku karena cinta kalian kepadaku” (Hr. Tirmidzi dan Hakim)
Sumber 2
Pendapat Saya :
Dalam kehidupan
di Dunia yang sangat Fana ini,kita tidak lepas dari kehidupan sosial. Di
kehidupan ini pun kita di anjurkan untuk berinteraksi sesama manusia yang lain.
Yah,mulai dari interaksi itu lah rasa ketertaikan,kasih sayang dan Cinta
muncul.
Cinta jika
menurut saya sendiri adalah rasa ingin memiliki sesuatu dengan seutuhnya. Dalam
sebuah artikel yang saya baca,Cinta memiliki 3 tingkatan yaitu :
1. Cinta tingkat Terendah
2. Cinta tingkat Menengah
3. Cinta tingkat Tertinggi
1. Cinta tingkat Terendah
2. Cinta tingkat Menengah
3. Cinta tingkat Tertinggi
Pada Cinta
tingkat terendah yang dimaksutkan adalah kecintaan kita pada suatu benda mati
atau tidak bernyawa. Kecintaan pada benda mati ini sangat sulit untuk dihilangkan.
Banyak pejabat –pejabat tinggi yang terjerumus dan masuk kedalam lingkaran
Cinta ini. Boleh memang kita mencintai suatu benda,tetapi itu harus dibatasi
dengan otak atau akal pikiran,bukan dari dasar Hati nurani yang terdalam.
Karena apabila kecintaan ini didasari oleh rasa Hati,maka percayalah banyak
akan ada tindakan – tindakan gila yang di luar akal pikiran. Dan apabila kita
mendasari dengan otak atau akal pirian,percayalah rasa senang dan kepuasaan
akan tercipta dari Kecintaan ini.
Lalu pada cinta tingkat
menengah yaitu Cinta kepada sesama Makhluk hidup. Pada tingkat Cinta ini,maka
Panca Indra lah yang akan berperan,sejauh mana kita mencintai Orang tua
kita,sodara kita,kerabat kita,dll. Tapi di tingkatan ini tetap saja Hati adalah
Nakoda sekaligus jendral Utama pada diri kita sendiri. Hati akan merubah segala
pola pikir yang ada di otak kita dan otak kita akn mentransfer data – data itu
kepada semua panca indra yang ada ditubuh kita,maka akan bergerak dan merubah
semua haluan panca indra yang sudah otomatis dilakukan oleh panca indra
tersebut. Maka dari itu dalam tingkatan Cinta ini memiliki syarat yang sedikit
sulit,yaitu Hati yang bijak.
Selanjutnya Cinta
dengan tingkat tertinggi. Cinta diatas segala – galanya,Cinta yang sangat benar
yang akan membimbing kita dalam jalan kebenaran,yang akan membimbing kita untuk
keluar pada jalan kebingung,dan yang akan membimbing kita pada kebahagiaan
Surga dan Akhirat yaitu CINTA pada Tuhan sang Maha Agung dan maha Pencipta.
Pada tingkatan Cinta ini syarat yang di berlakukan adalah Hati yang benar
jernih dan tulus. Dalam kehidupan sehari –hari bolehlah kesalahan –kesalahan
yang pernah kita lakukan tidak di maafkan oleh makhluk – makhlu lain,tetapi
apabila tingkat CINTA ini sudah timbul untuk memohon Maaf dan tidak akan
mengulanginya lagi maka seketika itu pula kesalahan – kesalahan yang pernah
kita lakukan akan segera terhapuskan di mata Tuha yang Maha Kuasa. Lalu apa
jaminannya ? kalau kita sudah melaksanakan Cinta ini dengan
baik,melaksanakannya dengan benar,dan melaksanakannya sesuai aturan,maka tidak
perlu lagi lah kita menannyakan apa jaminannya dari kecintaan ini. Dan jika
kita belum melaksanakan dari ketiga tersebut,maka dengan senang saya
mengucapakan Surga Akhiratlah jaminannya. Surga dari segala surga yang ada di
muka bumi ini. Surga yang akan kita singgahi setelah dunia yang sangat Fana
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar